PAUL SUGINO IN

05 -11 - 98

Indonesian - English - Portuguese

 

REFLEKSI

Kemarin, Rm. Thomas Cassidy minta kepada saya untuk membuat suatu refleksi mengenai pertemuan ini sepanjang paling banyak satu halaman.

Pertemuan yang direncanakan 10 hari, ketika refleksi ini dibuat, baru berlangsung 2 hari. Jelaslah bahwa refleksi mengenai pertemuan ini masih sangat terbatas. Tetapi ada sesuatu yang sudah terjadi (menyejarah) yang bisa direfleksikan.

1. Mengenai peserta sidang

Dari antara 45 peserta yang hadir (dari Curia, para provinsial, regional, superior komunitas teritorial, anggota Curia jendral, dlsb.) 35 di antaranya sudah saya kenal dengan baik, lumayan baik, dan pernah bertemu sebelumnya. Kenyataan "sosiologis" ini, membuat saya langsung merasa "at home" dan bertemu dengan kawan lama, jelas menyenangkan. Kendati udara Roma bagi saya terasa dingin, tetapi hati dihangatkan oleh suasana persaudaraan.

Pokoknya saya bisa langsung menyesuaikan diri dengan "lingkungan sosiologis", yaitu para peserta sidang ini.

2. Mengenai bahasa

Sebagian besar peserta sidang bisa berbahasa Italia. Kenyataan ini jelas sangat menguntungkan untuk bisa berkomunikasi satu sama lain. Dan untunglah bahwa bahasa Italia yang pernah saya pelajari dan ketahui (ala kadarnya) tidak menguap-hilang dari ingatan. Bahkan saya merasa pengenalan terhadap bahasa Italia semakin berkembang, karena saya tetap membaca buku-buku atau bacaan lain berbahasa Italia. Dalam pertemuan semacam ini, apalagi dengan "Proyek Global" sangat pentinglah mengetahui bahasa di luar bahasa sendiri. Tidak rugi meluangkan waktu untuk belajar bahasa asing. Kepada orang-orang muda (para konfrater) yang saya jumpai dalam kunjungan kanonik, saya ingatkan kembali apa yang telah dibicarakan baik dlam Kapitel Jendral maupun kapitel propinsi, yaitu mengenai pentingnya mempelajari salah satu bahasa asing. Pilihan propinsi Indonesia adalah: bahasa Inggris. Saya merasa tidak ada kata "terlambat" untuk belajar!

Keuntungan lain dari segi bahasa: Saya juga tahu bahasa Inggris dan Perancis (kedua-duanya ala kadarnya, tetapi cukup untuk mengerti pembicaraan dan untuk bisa berkomunikasi atau mengungkapkan gagasan).

Pengenalan akan bahasa-bahasa ini merupakan unsur kedua yang membuat saya segera krasan dan tidak menjadi "samuel" (sambunge angel).

3. Mengenai Tempat

Ini unsur ke tiga, lingkungan "fisik" yang tidak asing sama sekali untuk saya. "Wajah" gedung yang lama masih saya kenali dengan baik. Masih kurang lebih seperti 7 tahun yang lalu (kali terakhir saya ke Roma sebagai delegatus untuk kapitel Jendral. Nampak dari luar "lama", tetapi dari dalamnya baru, (sebagian besar baru, bukan berarti sama sekali baru, sebab saya masih melihat beberapa hal lama yang masih dipertahankan).

Di tempat yang berwajah lama dengan isi diperbaharui ini saya merasa cepat krasan pula. Saya membiasakan diri, kalau masuk dan akan tinggal untuk beberapa saat, untuk mengenali lingkungan fisik yang akan menjadi sebagian dari kehadiran saya yang berfisik. Bagi saya penting pengenalan semacam ini, sehingga pengenalan ini masih bisa direkam dalam ingatan saya. Pengenalan terhadap realitas fisik, mengingatnya, merupakan hal penting agar kalau suatu ketika bertemu lagi, tidak perlu belajar mengenalnya dari nol. Dalam perjumpaan dengan konfrater peserta sidang, saya lagsung bisa menyapa nama seseorang walaupun sudah 14 tahun tidak bertemu. Orang heran bahwa saya masih mengingat atau mengenalnya.

Sebentar saya mau kembali ke gedung yang berwajah lama (dan sebagian kecil diperbaharui) dan isinya sebagian besar diperbaharui.

"Proyek Global" yang dicanangkan oleh Kapitel Jendral XX dan sekarang ini dibicarakan bagaimana "mengoperasionalisasikan" keputusan-keputusan dan rekomendasinya, saya refleksikan seperti pembangunan gedung Roma I. Dalam hidup tarekat perlu dipertahankan dialektika "kontinuitas" dan "diskontinuitas", dialektika antara masa "lampau", "kini", dan "yang akan datang". Saya teringat akan kuliah Antropologi almarhum Rm. Anton Bakker SJ: kita menjadi "penjaga tradisi" dan "nabi masa depan"; "otonomi" dan "korelasi". Untuk bisa ikut dalam gerak "proyek global", setiap orang, setiap komunitas, propinsi, mesti menemukan "identitasnya" (otonomi). Kita mesti mempunyai "fisionomi" yang jelas (pribadi, komuniter, tarekat), agar setiap orang merasa krasan, mantap dengan dirinya sendiri, mantap dalam komunitas atau tarekatnya, dan dengan demikian juga akan mantap untuk pergi melaksanakan misinya, yaitu mengundang semua orang, khususnya yang miskin, yang tersingkir dan disingkirkan, untuk masuk dalam "perjamuan abadi di Rumah Bapa" seperti antara lain dikatakan oleh Pater Jendral dalam kotbah pembukaan sidang ini.

P. Sugino IN

REFLECTION

Yesterday, Fr. Tom Cassidy asked me to make a personal reflection regarding

our meeting for about 1 page long. When I wrote this reflection, the meeting that is scheduled for 10 days has been gone on for only 2 days.  That is why, this reflection is very limited, although there is something which I can reflect on.

1. Participants of the meeting

Among 45 participants (from Curia, provincial superior, regional superior, andsuperior territory) I know 35 of them. Some of them I know them very well, some of them I know them so so, and some of them I have met before. This "sociological" phenomena make me feel at home soon and I'm very happy to meet old and new friends. Although the weather in Rome is cold for me, I feel warm because of the hospitality and the brotherhood among us.  I can adjust easily to this "sociological environment"

2. Language

The majority of the participants can speak Italian. Certainly, this situation makes communication very easy among the participants. Fortunately, Italian that I learned didn't sweep away from my memory. Although I didn't have opportunity\to speak Italian, I feel that my Italian is developing because I keep reading Italian books and journals. In a meeting like this and, above all, with the Global Project it is very much important to know at least 1 foreign language. It is worth to learn foreign language!  In the canonical visitations that I did, I emphasized the importance of learning foreign languages for the young members as the general chapter and the province chapter emphasized it. The choice of the Indonesian province is English. I think that there is no late to learn something!

Another advantage about language is the fact that I know French and English. Although it is not good enough, it is sufficient to understand the conversations, to make communications and to express my self.  The ability to speak in many languages is the second reason why I feel at home soon.

3. Place

The place is the third reason. For me, the place is not strange. This environment is not completely strange because I know very well the building where we are having the meeting. It is still like 7 years ago, the last time I came here as a delegate for the general chapter. From the out side, this building is the old one, but inside is new; although it is not completely new because I still see some old part that is still kept intact. In the place that old but new, I fell at home soon. It is my habit always to look around and to know the physical environment in a new place where I will live for days. This place will become part of my physical presence. This "knowing" is very important for me. I record it in my mind and if some time in the future I meet it again, I don't have to learn (to know) it from zero. I still remember and call the name same of the participants, although I haven't met them for 14 years. Some of them even astonished because I still remember them and know their name. A small note about the building which is old at the out side but new the inside (the content):

My reflection about the Global Project which the General Chapter XX decided and recommended, and now we are discussing how to operate it, is like the re-structuration and the renovation of Rome I.  In the life of congregations, it is important to maintain the dialectic between continuity and discontinuity, between the past, the present, and the future. In this case,  I remember anthropological course of Fr. Anton Bakker: We are the  guardian of our tradition but at the same time were are also the prophet of the future;dialectic between autonomy and co-relation.

 

In order to be inserted in the big movement of Global Project everyone of us, every community, and province has to find their own identity (autonomy). We have to have a clear "physiognomy" as a congregation, community and private so that every member fell at home, steady in his vocation in his self, in the community, and in the congregation. In this way, we will accomplish our mission without any doubt to invite everyone, especially the poor, the neglected, and the oppressed, to come to the "eternal banquet in the Father's home" as Father General stated in the homily of the opening ceremony for this meeting.

 

P. Sugino IN